Memahami Alasan Kerugian dalam Perdagangan Tren

Perdagangan mengikuti arah tren diakui sebagai metode yang menguntungkan dalam analisis teknis. Namun, sejak munculnya metode perdagangan tren, mengapa banyak orang masih mengalami kerugian meskipun sering menyebutnya? Secara umum, hanya beberapa alasan:

1. Salah dalam menentukan arah tren; 2. Manajemen modal tidak memadai; 3. Ritme tidak tepat;

Saat ini, saya ingin membahas mengapa banyak orang tetap mengalami kerugian atau tidak menghasilkan cukup uang meskipun sudah benar dalam menilai arah tren. Dari pengalaman pribadi, salah satu kunci adalah ritme yang tidak tepat.

Dampak Ketidakakuratan Ritme pada Perdagangan

Apakah kita sering menghadapi situasi di mana sebuah tren menembus dengan munculnya candle besar namun setelah masuk mengikuti arah, harga tidak terus bergerak sesuai harapan dan malah melakukan konsolidasi? Akibat stop loss yang terbatas, banyak yang terkena likuidasi, sehingga mengalami kerugian, atau hanya mendapatkan keuntungan kecil. Ini adalah masalah umum ketika kita melakukan perdagangan mengikuti arah tren, sering kali memasuki posisi pada titik rendah relatif dalam tren menurun atau titik tinggi dalam tren naik.

Pola Perdagangan pada Tren Menurun

Gambar di atas menunjukkan tren menurun yang jelas. Trader sering kali menyukai perdagangan berdasarkan breakout, yaitu masuk saat terjadi breakout. Di dalam gambar, setiap kali kita masuk ke breakout platform, kita melakukannya ketika mendekati titik rendah relatif. Jika kita menempatkan stop loss di dekat posisi breakout, kita bisa mudah terkena stop loss; bahkan meskipun kita tidak menempatkan stop loss, kita tetap harus menanggung tekanan besar dari penarikan kembali harga setelah breakout. Inilah mengapa tekanan dalam perdagangan mengikuti arah tren tetap besar, dan kita menghadapi risiko kerugian atau rasio untung rugi tidak memenuhi ekspektasi yang ideal.

Bagaimana Cara Melakukan Perdagangan yang Tepat?

Saya pernah membahas teori Dow dalam pos sebelumnya. Dalam filosofi teori Dow, disebutkan bahwa pergerakan harga bersifat non-linier dan bergerak dalam pola zig-zag. Tren meningkat adalah titik tinggi dan rendah yang terus naik; sedangkan tren menurun adalah titik tinggi dan rendah yang terus menurun. Titik tinggi dan rendah dalam tren tersebut adalah puncak dan lembah, yang terbentuk dari psikologi trader dan merefleksikan level resistance dan support, yang pada dasarnya adalah hasil dari pertempuran antara pihak bullish dan bearish. Mari kita lihat gambar di bawah untuk melihat bagaimana puncak dan lembah berfungsi dalam tren.

Menangkap Ritme dalam Tren

Dalam tren menurun seperti ini, puncak akan terpengaruh oleh resistance dari puncak sebelumnya, dan lembah akan tergantung pada support dari lembah sebelumnya; kita dapat dengan mudah melihat bahwa setiap kali kita mengalami breakout dari titik rendah sebelumya, harga rebound sulit untuk melewati resistance puncak sebelumnya. Setelah memahami dan mengamati pola ini, kita bisa lebih lanjut menangkap ritme dari tren. Saat setiap breakout mencapai titik terendah baru dan rebound mulai lemah, itulah saat yang tepat untuk masuk ke posisi short, dengan stop loss pada harga puncak sebelumnya.

Strategi Masuk ke Pasar yang Optimal

Pada gambar tersebut, kita bisa melihat area masuk ketika harga rebound lemah setelah breakout. Dalam hal waktu, ruang, dan penempatan stop loss, ini adalah pilihan yang paling optimal. Inilah pemahaman ritme yang benar dalam perdagangan mengikuti arah tren.