Fluktuasi Harga Valuta Asing

Dalam fluktuasi jangka panjang pasar valuta asing, terdapat fenomena yang patut dicatat, yakni fluktuasi harga valuta asing pada banyak kesempatan disebabkan oleh perubahan kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan ini mencakup dua aspek: pertama, perubahan kebijakan moneter dan fiskal dari suatu negara yang mempengaruhi nilai tukar mata uang domestik, sehingga berdampak pada pasar valuta asing internasional; kedua, ketika terdapat konvergensi atau divergensi dalam kebijakan ekonomi antara negara-negara industri, pasar valuta asing juga mengalami fluktuasi yang signifikan. Di sini, kami akan menganalisis terutama fluktuasi yang kedua.

Pembentukan Sistem Moneter Internasional

Setelah runtuhnya sistem Bretton Woods yang menerapkan nilai tukar tetap, sistem moneter internasional menghadapi tantangan dari sistem yang tidak terstruktur. Pada akhir tahun 1975, para pemimpin negara industri berkumpul untuk pertama kalinya di pinggiran Paris, Prancis, dan menghasilkan keputusan untuk merevisi ketentuan sistem nilai tukar tetap yang ada di dalam Dana Moneter Internasional (IMF).

Pertemuan di Jamaika

Berdasarkan keputusan tersebut, IMF pada Januari 1976 mengadakan pertemuan di Kingston, Jamaika, untuk mengizinkan setiap negara memilih nilai tukar mata uang yang mereka inginkan. Ketentuan yang direvisi dalam Pasal 4 perjanjian IMF hanya mengakui sistem nilai tukar mengambang yang telah diterapkan waktu itu, namun tidak memberikan bimbingan jelas tentang bagaimana meningkatkan koordinasi mengenai isu nilai tukar antara negara-negara industri.

Kemandirian Kebijakan Moneter

Jika dibandingkan dengan sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang tampaknya mengurangi beban intervensi pemerintah dalam kebijakan makroekonomi, namun kenyataannya tidak demikian. Bagi para pendukung sistem nilai tukar mengambang, terdapat tiga permasalahan yang menuntut penguatan koordinasi kebijakan ekonomi antara negara-negara industri. Dalam edisi ini, kita akan mempertimbangkan masalah kemandirian kebijakan moneter.

Intervensi Terhadap Nilai Tukar

Dalam kondisi sistem nilai tukar tetap, otoritas moneter negara harus bertanggung jawab atas nilai tukar mata uang domestik mereka. Jika kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang domestik, bank sentral harus campur tangan untuk mendukung nilai tukar mata uang tersebut, sehingga kebijakan moneter yang ekspansif menjadi tidak efektif. Sebaliknya, jika kebijakan moneter yang ketat diambil, nilai tukar mata uang domestik akan meningkat, dan bank sentral juga harus campur tangan dengan melonggarkan kebijakan moneter untuk menurunkan suku bunga, yang pada gilirannya akan menurunkan nilai tukar, sehingga kebijakan moneter yang ketat menjadi tidak efektif. Dengan demikian, dalam periode sistem nilai tukar tetap, otoritas moneter tidak memiliki kemandirian.

Kemungkinan di Sistem Nilai Tukar Mengambang

Dalam kondisi sistem nilai tukar mengambang, secara teoritis, pemerintah dapat memilih untuk tidak melakukan intervensi terhadap nilai tukar mata uang domestik, membiarkan pasar menentukan nilai tukar keseimbangannya. Oleh karena itu, pemerintah dapat secara bebas memilih kebijakan moneter dan fiskal yang sesuai dengan kondisi dalam negeri mereka.